Home Blog Page 16

Dinas Kesehatan Sulbar Ikuti Rapat Evaluasi SPM, Bangda Kemendagri Soroti Kepatuhan Pelaporan

0

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat turut ambil bagian dalam Rapat Evaluasi Pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang digelar di Kantor Bapperida Provinsi Sulawesi Barat, Senin (30/6). Kegiatan ini menghadirkan narasumber utama Benjamin Sibarani dari Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah (Bangda) Kementerian Dalam Negeri yang hadir secara daring.

Dalam paparannya, Benjamin menyoroti pentingnya konsistensi dan kepatuhan pelaporan pelaksanaan SPM di Provinsi Sulawesi Barat, baik di tingkat provinsi maupun enam kabupaten yang ada. Menurutnya, Sulbar masih memerlukan penguatan dalam aspek tata kelola pelaporan agar sesuai dengan ketentuan yang diamanatkan oleh pemerintah pusat.

“Proses pelaporan yang tertib dan tepat waktu bukan hanya soal administrasi, tapi bentuk komitmen pemerintah daerah dalam menjamin layanan dasar bagi masyarakat,” tegasnya.

Rapat ini dipimpin oleh Sekretaris Bapperida Provinsi Sulawesi Barat dan didampingi oleh Kepala Bidang Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan (PPM) Bapperida. Forum evaluasi ini menjadi ruang diskusi lintas sektor untuk mempercepat perbaikan tata kelola program SPM lintas urusan, termasuk kesehatan.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat diwakili oleh Hamzah, Adminkes Muda, yang menyampaikan dukungan penuh terhadap upaya perbaikan pelaporan dan pelaksanaan SPM bidang kesehatan. Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara dinas teknis dan lembaga perencana daerah agar capaian SPM lebih optimal dan terukur.

Rapat ini diharapkan menghasilkan rencana tindak lanjut yang konkret, guna meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelayanan dasar dan memperkuat komitmen pemerintah daerah terhadap hak-hak dasar masyarakat Sulawesi Barat.

Dinkes Sulbar Perkuat Tata Kelola Digital Melalui Coaching SPBE

0

Dalam upaya memperkuat transformasi digital di sektor kesehatan, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat menggelar kegiatan Coaching Pemenuhan Evidence Based untuk 30 indikator Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE), bertempat di Aula Dinas Kesehatan Provinsi, Rabu (25/2025).

Kegiatan ini menghadirkan tim pendamping dari Dinas Komunikasi, Informatika, Persandian dan Statistik (Kominfopers) Provinsi Sulawesi Barat yang bertindak sebagai pembimbing dalam proses implementasi SPBE di lingkungan Dinkes Sulbar.

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Asran Masdy, menegaskan pentingnya SPBE dalam mendukung transformasi layanan kesehatan di daerah.

“Digitalisasi bukan lagi pilihan, tapi keharusan. Kami berkomitmen memperkuat implementasi SPBE demi mewujudkan layanan kesehatan yang efisien, terintegrasi, dan berbasis data. Ini bagian dari langkah nyata kami dalam mendukung tata kelola pemerintahan yang bersih dan responsif,” ucap Asran Masdy.

Dalam coaching ini, dibahas 30 indikator yang menjadi tolok ukur pelaksanaan SPBE di instansi pemerintah. Dinas Kesehatan bersama tim kerja terkait pengelolaan SPBE turut hadir dan aktif mendiskusikan strategi pemenuhan setiap indikator tersebut agar mendapatkan poin maksimal pada penilaian mendatang.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Muhammad Fahurraziq dan Darna Basmin dari Tim Pendamping SPBE yang bertugas dalam mendukung pemenuhan bukti dukung implementasi SPBE di organisasi perangkat daerah.

Dengan kegiatan ini, Dinas Kesehatan berharap dapat mempercepat transformasi digital pelayanan kesehatan di Sulawesi Barat, sejalan dengan agenda nasional dalam mewujudkan birokrasi digital dan pelayanan publik yang adaptif terhadap perkembangan teknologi informasi.

Assesor WHO untuk OBRA Beri Apresiasi Surveilans di Provinsi Sulawesi Barat

0

Assesor Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk OBRA, Cristopher Maher memberikan apresiasi terhadap sistem surveilans di Provinsi Sulawesi Barat dalam kegiatan Outbreak Response Assessment (OBRA) Tahap Ketiga yang berlangsung secara daring. Surveilans di Sulbar dinilai menjadi salah satu kekuatan utama dalam upaya mengatasi Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio dan Peningkatan Capaian Imunisasi di Provinsi Sulawesi Barat.

Cristopher Maher yang hadir via daring dalam kegiatan tersebut, menyatakan bahwa meskipun cakupan imunisasi di Sulawesi Barat masih perlu ditingkatkan, sistem pemantauan dan pelaporan kasus (surveilans) sudah sangat baik dan terstruktur. “Surveilans sudah sangat kuat dan bagus dan bisa menjadi kekuatan dalam mendukung respon imunisasi dan mencegah munculnya kembali kasus polio,” ujarnya.
Penilaian OBRA bertujuan untuk melihat apakah KLB polio di Indonesia, termasuk di Sulawesi Barat, bisa segera dinyatakan berakhir.
Indahwati Nuryamsi, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, yang memaparkan kondisi Sulawesi Barat menjelaskan bahwa penguatan surveilans selama ini dilakukan melalui pelatihan rutin bagi petugas, pengawasan di lapangan, serta pemanfaatan teknologi dalam pelaporan kasus.

“Kami bersyukur upaya tim surveilans di Sulawesi Barat mendapat pengakuan dari WHO. Ini memotivasi kami untuk terus menjaga mutu deteksi dan respons terhadap penyakit menular, khususnya polio,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, Asran Masdy, menambahkan bahwa capaian ini merupakan hasil kerja bersama lintas sektor. “Ini bukan kerja satu lembaga saja. Dukungan pemerintah daerah, puskesmas, rumah sakit, hingga kader di lapangan sangat berperan penting,” kata Asran.

Surveilans menjadi salah satu dari empat indikator penting dalam penilaian OBRA, selain cakupan imunisasi, manajemen vaksin, dan fungsi laboratorium. Evaluasi ini menjadi penentu apakah Sulawesi Barat dan provinsi lain dapat segera keluar dari status KLB Polio.

Dengan sistem surveilans yang kuat dan koordinasi lintas sektor yang terus ditingkatkan, Sulawesi Barat optimis untuk segera mencapai status bebas KLB polio.

OBRA Tahap Ketiga: Sulbar Dinilai Siap Akhiri KLB Polio

0

Upaya Sulawesi Barat dalam menangani Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio kini memasuki tahap penilaian akhir. Kegiatan ini disebut Outbreak Response Assessment (OBRA) tahap ketiga, dan dilakukan secara daring untuk melihat apakah KLB polio di Indonesia bisa segera dinyatakan selesai.

Dalam pertemuan tersebut, Cristopher Maher dari World Health Organization (WHO) menyampaikan bahwa cakupan imunisasi di Sulbar masih belum mencapai target. Ia menekankan bahwa peran aktif masyarakat sangat penting agar imunisasi bisa berjalan maksimal.

Meski begitu, Maher juga memuji sistem surveilans (pemantauan penyakit) di Sulbar yang dinilai sudah sangat baik. Sistem ini dinilai sebagai modal penting untuk mendukung keberhasilan imunisasi di wilayah ini.

Namun, Sulbar masih menghadapi tantangan. Salah satunya adalah adanya kasus Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) saat pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) tahap pertama. Hal ini membuat sebagian orang tua merasa khawatir dan enggan membawa anaknya ke Posyandu,namun demikian dari Program Surveilans dan Imunisasi Dinkes Sulbar tetap bekerja dan berkomitmen untuk meningkatkan capaian imunisasi rutin serta mempertahankan kinerja surveilans dalam hal penemuan kasus PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)

Indahwati Nuryamsi, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, menjelaskan bahwa pihaknya terus berupaya mengatasi keraguan masyarakat. Beberapa langkah yang dilakukan antara lain edukasi langsung, kunjungan rumah, serta pelatihan bagi petugas di lapangan.

“Kami percaya, dengan kerja sama semua pihak dan kepercayaan masyarakat yang mulai pulih, Sulbar bisa segera keluar dari masa KLB ini,” ujar Indahwati dengan optimis.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Barat, Asran Masdy, menyatakan bahwa evaluasi OBRA ini sangat penting untuk memastikan semua syarat teknis dan sosial sudah terpenuhi. Ia menegaskan bahwa Sulbar tidak hanya sedang berjuang melawan virus, tapi juga berusaha memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi.

Sosialisasi PKMK Nestle Perkuat Komitmen dalam Penurunan Stunting di Sulawesi Barat

0

Nestle Indonesia berkomitmen mendukung upaya pemerintah Provinsi Sulawesi Barat dalam menurunkan angka stunting melalui sosialisasi PKMK yang berlangsung di Aula Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat pada Selasa, 24 Juni 2025.

Perwakilan dari Nestle Indonesia, Indah, menjelaskan bahwa Nestle sebagai perusahaan global yang telah berdiri lebih dari 150 tahun di 189 negara, memiliki fokus kuat pada peningkatan gizi masyarakat, termasuk dalam upaya penurunan stunting di Indonesia.

“Nestle memiliki lebih dari 2.000 produk, salah satunya adalah susu formula khusus usia 1 tahun ke atas. Berdasarkan data, kelompok usia ini adalah kelompok dengan prevalensi stunting tertinggi. Produk ini memiliki keunggulan berupa 0 gram sukrosa dan mengandung rasio protein hewani sesuai anjuran WHO, yaitu 10-15 persen,” jelas Indah dalam paparannya.

Ia juga menambahkan bahwa produk tersebut tidak dijual secara bebas dan hanya tersedia di apotek tertentu, untuk menjamin distribusi yang tepat sasaran.

Kegiatan ini turut dihadiri oleh Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Muh Ihwan, bersama seluruh jajaran Dinas Kesehatan. Dalam sambutannya, Muh Ihwan menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memperkuat intervensi gizi spesifik dan sensitif guna mencegah stunting secara berkelanjutan.

Nestle Indonesia dalam kesempatan tersebut juga memaparkan bahwa mereka memiliki empat pabrik utama yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung, serta terus mengedepankan prinsip pencegahan gizi buruk melalui pendekatan primer, sekunder, dan tersebut.

Dengan kegiatan ini, diharapkan dapat memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam menciptakan generasi Sulawesi Barat yang sehat, cerdas, dan bebas stunting.

Ma’silambi, Inovasi Pelayanan Publik Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat Lolos Seleksi Administrasi KIPP 2025

0

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat kembali mencatatkan prestasi membanggakan dalam ajang Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2025. Sebanyak 8 inovasi unggulan dari berbagai Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dinyatakan lolos seleksi administrasi, membuka jalan menuju tahap penilaian lebih lanjut pada tingkat nasional.

Delapan inovasi yang dinyatakan lolos adalah:

1. Brand Communal Dekape (Merek Kolektif Dekape) – Dinas Kelautan dan Perikanan
2. I-BANUA (Rumah Informasi Hukum) – Biro Hukum Sekretariat Daerah
3. La-PATUH (Layanan Pengaduan Bantuan Hukum) – Biro Hukum Sekretariat Daerah
4. MALABBI (Manajemen Layanan Ibu dan Bayi) – Rumah Sakit Umum Provinsi Sulawesi Barat
5. MA’SILAMBI (Merdeka Ancaman Stunting Baru dengan Kolaborasi Mitra Berbasis Aksi) – Dinas Kesehatan
6. SIPEMIMPIN (Sistem Informasi Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan Infrastruktur) – Dinas PUPR
7. SIPADA (Sistem Informasi Perjalanan Dinas) – Badan Pengelolaan Keuangan dan Pendapatan Daerah
8. SIDAYA (Sistem Informasi Taman Budaya dan Museum) – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

MA’SILAMBI, yang merupakan strategi penanganan stunting melalui kolaborasi lintas sektor. Inovasi ini lahir dari kesadaran bahwa penanggulangan stunting tak bisa dilakukan secara sektoral, melainkan harus menjadi gerakan bersama seluruh komponen masyarakat.

Ma’silambi, akronim dari “Merdeka Ancaman Stunting Baru dengan Kolaborasi Mitra Berbasis Aksi”, berasal dari bahasa Mamasa yang berarti “bertemu”. Nama ini menggambarkan esensi program sebagai ajang pertemuan gagasan, peran, dan aksi nyata dari berbagai pemangku kepentingan .

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar, Asran Masdy, menegaskan bahwa Ma’silambi merupakan wujud nyata kolaborasi lintas sektor dan aktor. “Program ini mempertemukan OPD, TP PKK, tokoh masyarakat, TNI/Polri, kaum muda, ibu-ibu, pelaku usaha, tokoh agama, hingga elemen masyarakat lainnya untuk bersama-sama mempercepat penanganan stunting,” ujarnya. “Inilah bentuk kerja nyata lintas sektor, yang menjadikan kesehatan sebagai tanggung jawab bersama.”

Keberhasilan delapan inovasi ini dalam melewati tahap seleksi administrasi KIPP 2025 menjadi bukti nyata bahwa Sulawesi Barat terus bergerak maju membangun layanan publik yang inovatif, solutif, dan inklusif.

Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Provinsi Sulawesi Barat siap bersaing di tingkat nasional, sekaligus menunjukkan bahwa perubahan pelayanan publik adalah fondasi utama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Akselerasi Sulbar Sehat: Dinkes Paparkan Agenda Kesehatan 2026 di Hadapan Gubernur

0

Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat terus mengakselerasi transformasi layanan kesehatan. Hal ini tercermin dalam paparan Rencana Kerja (Renja) Kesehatan Tahun 2026 yang disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, Asran Masdy, di hadapan Gubernur Sulbar, Suhardi Duka, Sabtu, 21 Juni 2025 di Lantai 2 Kantor Gubernur Sulbar.

Didampingi para pejabat struktural Dinkes Sulbar, Asran memaparkan strategi prioritas yang akan menjadi fondasi pelaksanaan Quick Wins “Sulbar Sehat” untuk tahun 2026. Inisiatif ini bukan sekadar program, melainkan gerakan kolektif untuk mewujudkan akses kesehatan yang merata, layanan yang berkualitas, dan masyarakat yang terlindungi secara menyeluruh.

“Kami ingin memastikan bahwa layanan kesehatan di Sulbar bisa diakses cukup dengan KTP. Universal Health Coverage 100 persen adalah komitmen kami, bukan hanya angka, tapi janji untuk hadir dalam setiap kondisi masyarakat,” tegas Asran dalam paparannya.

Dalam pertemuan tersebut, dipaparkan pula tantangan kesehatan yang masih mengemuka: prevalensi stunting yang masih tinggi di angka 35,8 persen, kematian ibu dan bayi yang belum tertangani optimal, serta ketimpangan distribusi tenaga dan fasilitas kesehatan. Dari 98 puskesmas, 37 di antaranya belum memiliki tenaga kesehatan lengkap. Bahkan, lebih dari 60 persen rumah sakit belum didukung dokter spesialis sesuai standar.

Namun, Dinas Kesehatan tidak berhenti pada diagnosis masalah. Mereka menyiapkan langkah konkret, seperti:
1. Intervensi gizi melalui rumah gizi dan PMT balita & ibu hamil.
2. Distribusi alat antropometri standar untuk Posyandu.
3. Pengadaan makanan medis khusus untuk balita bermasalah gizi.
4. Pelayanan bergerak di wilayah terpencil dan kepulauan.
5. Pelatihan tenaga kesehatan untuk PONEK dan trauma emergensi.

Total anggaran Rencana Kerja tahun 2026 yang dirancang mencapai Rp272,6 miliar, dengan porsi terbesar untuk penanganan stunting dan layanan kesehatan masyarakat.

Program “Sulbar Sehat” menjadi tulang punggung pembangunan kesehatan daerah. Selain menargetkan UHC, program ini juga mendorong transformasi layanan primer hingga rujukan, memperkuat sistem deteksi penyakit menular dan tidak menular, serta membangun ketahanan kesehatan pasca-pandemi.

Gubernur Suhardi Duka dalam arahannya menekankan pentingnya sinergi antara semua lini. “Kita harus kerja cepat, tepat, dan kompak. Kesehatan adalah investasi strategis. Masyarakat Sulbar berhak atas layanan terbaik, dari kota hingga pelosok.”

Kadinkes Sulbar Asran Masdy Ajak Alumni Poltekkes Aktif Bersama Wujudkan Sulbar Sehat

0

Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat, dr. Asran Masdy, menghadiri acara Temu Alumni Akbar Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan (Poltekkes Kemenkes) Mamuju di Kampus Tadui, mewakili Gubernur dan Wakil Gubernur Sulawesi Barat yang dilaksanakan di Auditorium Poltekkes Mamuju, Sabtu 21 Junui 2025.

Acara yang mengusung tema “CLBK – Cerita Lama Buka Kembali” ini menjadi momentum istimewa untuk menyatukan kembali para alumni dari berbagai angkatan, sekaligus mempererat jejaring dan kolaborasi dalam upaya pembangunan kesehatan daerah.

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan menyampaikan salam hangat dan apresiasi dari Gubernur dan Wakil Gubernur kepada seluruh alumni. Ia menekankan pentingnya peran alumni sebagai garda terdepan pelayanan kesehatan di berbagai lini.

“Kami bangga atas kiprah para alumni Poltekkes Mamuju yang telah berkontribusi besar dalam layanan kesehatan, baik di kampung halaman maupun di perantauan,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia mengajak seluruh alumni untuk turut aktif dalam mendukung program strategis Pemerintah Provinsi, termasuk Quick Wins “Sulbar Sehat”, yang bertujuan mencapai Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh warga hanya dengan menunjukkan KTP.

Dalam konteks pembangunan kesehatan, dr. Asran juga menyoroti tantangan seperti akses layanan di daerah terpencil, tingginya angka stunting, serta kematian ibu dan bayi. Menurutnya, tantangan ini tidak bisa diatasi oleh pemerintah sendiri, tetapi membutuhkan peran serta semua pihak, termasuk para alumni.

“Alumni bukan hanya simbol kebanggaan institusi, melainkan juga aset pembangunan. Di pundak saudara sekalian terletak harapan untuk masa depan kesehatan masyarakat Sulawesi Barat,” pungkasnya.

Acara reuni ini tak hanya menjadi ajang nostalgia, tetapi juga menjadi ruang inspiratif untuk menyusun langkah-langkah strategis demi terwujudnya Sulbar yang sehat, mandiri, dan sejahtera.

Perkuat Program 2026, Dinas Kesehatan Sulbar Bahas Rencana Kerja Kesehatan Tahun Depan

0

Dalam upaya memperkuat arah pembangunan kesehatan di tahun 2026, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat menggelar Rapat Pembahasan Rencana Kerja (Renja) Tahun 2026 pada tanggal 18–19 Juni 2025. Kegiatan ini dilaksanakan di Aula Dinas Kesehatan Provinsi Sulbar dan dipimpin langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan, Asran Masdy, bersama para Kepala Bidang dan seluruh pimpinan UPTD lingkup Dinkes Sulbar.

Rapat ini menjadi momen strategis dalam merumuskan prioritas program dan kegiatan yang adaptif terhadap tantangan kesehatan daerah, seperti masih tingginya prevalensi stunting (35,8%), kematian ibu dan bayi, serta ketimpangan layanan kesehatan antarwilayah.

Dalam paparannya, Asran Masdy menyampaikan bahwa perencanaan tahun 2026 diarahkan untuk menjawab isu-isu besar, antara lain peningkatan akses layanan kesehatan dasar, percepatan penurunan stunting, dan penguatan sistem kesehatan pascapandemi.

“Kami menempatkan transformasi layanan primer dan peningkatan gizi ibu-anak sebagai prioritas utama tahun 2026. Ini selaras dengan target Universal Health Coverage 100 persen di Sulbar serta komitmen kuat dalam mewujudkan masyarakat sehat dan sejahtera,” tegas dr. Asran Masdy.

Lebih dari Rp272 miliar dianggarkan untuk menjalankan berbagai program prioritas, di antaranya:

1. Intervensi gizi ibu dan anak,
2. Penguatan layanan rujukan penyakit katastropik seperti jantung dan stroke,
3. Kontrak kerja dokter spesialis untuk rumah sakit daerah,
4. Pengadaan alat deteksi TBC dan logistik penyakit tidak menular,
5. Layanan kesehatan bergerak untuk daerah terpencil dan kepulauan.

Dengan semangat kolaborasi, Dinas Kesehatan Sulbar memastikan bahwa seluruh program akan berbasis data, terintegrasi, dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Perencanaan tahun 2026 juga diharapkan mampu menjawab tantangan bonus demografi dan mempercepat perbaikan indikator kesehatan daerah.

“Tidak boleh ada lagi masyarakat Sulbar yang tertinggal dalam akses layanan kesehatan. Kami memastikan, tahun 2026 adalah momentum percepatan,” tambah Asran.

Rapat pembahasan ini sekaligus menjadi langkah awal konsolidasi internal, sebelum rencana kerja ini diintegrasikan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah dan dibahas bersama mitra lintas sektor.

Sulawesi Barat Perkuat Tim Tanggap Krisis Kesehatan Melalui Pelatihan Bersama Médecins Sans Frontières (MSF)

0
Sulawesi Barat Perkuat Tim Tanggap Krisis Kesehatan Melalui Pelatihan Bersama Médecins Sans Frontières (MSF)

Dalam upaya memperkuat sistem ketahanan kesehatan daerah, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan RI dan organisasi internasional Médecins Sans Frontières (MSF) menggelar Pelatihan Krisis Kesehatan Batch 1 yang dilaksanakan pada 17–19 Juni 2025 di Matos, Mamuju.

Kegiatan ini menjadi bagian penting dari strategi transformasi sistem kesehatan nasional, khususnya dalam penguatan sistem penanganan bencana dan kegawatdaruratan kesehatan. Pelatihan melibatkan berbagai unsur—tenaga kesehatan, lintas sektor, dan fasilitator ahli dari pusat dan MSF untuk memastikan kesiapsiagaan yang lebih baik dalam menghadapi potensi krisis kesehatan, baik di level provinsi maupun kabupaten di Sulawesi Barat.

Kegiatan ini dihadiri oleh narasumber dari Kementerian Kesehatan, fasilitator MSF, serta para peserta dari berbagai instansi kesehatan di tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

Turut hadir secara khusus Joseph Azeem, Head of Mission MSF Indonesia, yang menyampaikan pentingnya solidaritas dan kapasitas lokal dalam menjawab tantangan krisis kemanusiaan dan kesehatan di masa depan.

Jospeh Azeem menyatakan bahwa Pelatihan ini merupakan bagian dari program E-Hub (Emergency Preparedness and Response Hub), sebuah inisiatif yang bertujuan untuk memperkuat kapasitas tenaga kesehatan dan relawan dalam menghadapi situasi darurat dan krisis kesehatan.

Program ini pertama kali diinisiasi pada tahun 2023, dan telah dilaksanakan di wilayah Banten dan Aceh pada tahun 2024. Tahun ini, 2025, pelatihan E-Hub dilaksanakan di Ambon, Sulawesi Barat, dan Aceh sebagai bagian dari komitmen bersama untuk membangun sistem kesehatan yang lebih tangguh dan siap siaga di seluruh Indonesia

Dalam sambutannya, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Barat,  Asran Masdy menekankan pentingnya koordinasi lintas sektor yang adekuat, serta membangun tim krisis yang kompak, responsif, dan profesional. “Penanggulangan bencana adalah penanganan multisektoral yang terintegrasi. Diperlukan sinergi antara masyarakat, pemerintah, swasta, dan lembaga non-pemerintah dalam satu kesatuan koordinasi,” ujarnya.

Pelatihan ini juga diharapkan dapat mencetak tenaga cadangan kesehatan yang teregistrasi dan terlatih, serta memperkuat terbentuknya Klaster Kesehatan di berbagai level wilayah. Dengan kolaborasi ini, Sulawesi Barat meneguhkan komitmennya menjadi provinsi yang lebih siap menghadapi ancaman krisis kesehatan.

Kegiatan ini mendapat dukungan penuh dari Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI serta menjadi salah satu contoh praktik baik sinergi pemerintah dan lembaga internasional dalam membangun sistem tanggap darurat kesehatan yang tangguh di daerah.